AGAINST ALL ODDS
The Practice of Independent Film Lab
Ketika digital mengambil alih pasar dan perilaku merekam, perusahaan seluloid film perlahan mulai menghentikan produksi bahan baku, dan lab-studio film menutup layanan pemrosesan film. Celluloid filmmaking tiba pada senjakala untuk mengikuti nasib bahan bakunya yang makin mendekati kadaluwarsa.
Namun sebagian pembuat film, seniman, dan juga konsumen pengguna film, memilih bertahan pada medium seluloid. Merekam dan memproyeksikan bukan satu-satunya pilihan pada masa sulit ini. Para film enthusiast ini secara hibrid juga harus memainkan peran sebagai laboratorium pemroses film. Mulai dari meracik bahan kimia sendiri, hingga mengelola fasilitas film negara yang ditelantarkan, praktek laboratorium mandiri berjuang mengisi kekosongan alur kerja analog. Seporadis namun saling terhubung secara global, kelompok-kelompok ini mencoba memperpanjang rentang hidup seluloid. Against All Odds menghadirkan footage-footage eksperimentasi teknis dari Lab Laba-Laba, Film Farm Canada dan Nano Lab Australia dalam program pemutaran. Untuk sedikit melihat kebelakang, juga akan dipamerkan hasil film para anggota Lab Laba-Laba yang diproses secara individu, sebelum kolektifitas mempertemukan para enthusiast ini untuk membangun sebuah laboratorium mandiri. Program ini adalah kerjasama antara Lab Laba-Laba dan Arkipel PEMUTARAN Selasa, 16 September 2014, 19.00 GoetheHaus, Jl Sam Rtulangi 9-15, Menteng, Jakarta Pusat Footage eksperimentasi teknis dari Lab Laba-Laba, Film Farm Canada, dan Nano Lab Australia. Dilanjutkan dengan diskusi bersama anggota Lab Laba-Laba, Richard Miller Berry, Richard Tuohy, dan Diana Barrie. PAMERAN 15 – 21 September 2014 Pembukaan: 14 September 2014, 19.00 PFN, Jl Otista 125-127, Jakarta Timur Anggun Priambodo, Edwin, Rusdy Attamimi, The Youngrrr, Gunnar Nimpuno, Luthfan Nur Rochman, Rizki Lazuardi |